Permata Bersisi-Banyak: Pengajian Mengenai Jemaat Lokal
- Prakata
- Bab 1. Sentral Dan Unik
- Bab 2. Doktrin
- Bab 3. Persekutuan
- Bab 4. Baptisan
- Bab 5. Perjamuan Tuhan
- Bab 6. Doa
- Bab 7. Ibadah
- Bab 8. Penginjilan
- Bab 9. Dukungan Pelayanan
- Bab 10. Pemerintahan Jemaat
- Bab 11. Disiplin Jemaat
- Bab 12. Keanggotaan Jemaat
- Bab 13. Tujuan Kita Dalam Hidup
- Pernyataan Doktrin
- Konstitusi
- Perjanjian Jemaat
Jemaat lokal adalah permata bersisi-banyak. Ia adalah tubuh Kristus, yang dibeli dengan darah Nya dan disucikan dengan firman-Nya. Walaupun tidak mungkin menemukan jemaat yang sempurna di dunia ini, setiap jemaat lokal haruslah berusaha keras untuk sedapat mungkin sesuai dengan idaman alkitabiah. Inilah tugas yang akan ingin digumuli pimpinan jemaat, dan anggota-anggota jemaat akan ingin lebih banyak mengetahuinya.
Buku ini menjelaskan, dalam bab-bab singkat, berbagai sisi kehidupan jemaat alkitabiah. Ini sangat cocok untuk situasi perintis di mana orang-orang percaya sedang dipersiapkan untuk berjanji bersama sebagai jemaat. Orang percaya baru, dan juga orang percaya lama, akan terbantu untuk mempunyai pemahaman yang lebih jelas tentang jemaat lokal.
Judul setiap bab diikuti dengan satu atau dua rujukan Alkitab, yang harus dibaca sebagai latar belakang untuk topik yang dikaji. Teks-bukti dalam bab bisa diabaikan tanpa mempengaruhi alur pemikiran, namun pelajar yang serius akan ingin memeriksanya. Mereka yang menuntun orang lain dalam studi buku ini haruslah memeriksanya terlebih dahulu.
Substansi dari buku ini sebagian besar dipilih dari sumber-sumber lain, di mana yang paling utama di antaranya adalah “Local Church Practice”, oleh Baruch Maoz et al. (Carey Publications, 1978). Itu berkembang hingga bentuknya yang sekarang ini setelah digunakan untuk mendirikan, dan menetapkan, sejumlah jemaat baru di Malaysia. Kami berharap dan berdoa kiranya buku ini membantu bagi banyak orang lain.
BS Poh,
Kuala Lumpur,
1997
Ke atas
Bab 1. Sentral Dan Unik (Kis. 2:40-47)
Kami ingin menunjukkan bahwa jemaat lokal adalah sentral dan unik dalam tujuan Allah. Sentral, berarti bahwa ia memegang peranan penting, ia adalah titik fokus, dalam mewujudkan tujuan Allah. Unik, berarti bahwa ia spesial, satu-satunya, tanpa adanya kemungkinan pengganti.
Sebelum itu, haruslah kami jelas apa jemaat lokal itu. Ide-ide yang salah tentang jemaat berlaku:
(i) Ada orang yang beranggapan bahwa itu adalah gedung di mana orang-orang Kristen bertemu. Ini menyebabkan orang-orang menginginkan âgerejaâ sedemikian yang lebih besar, lebih baik dan lebih banyak.
(ii) Sebagai reaksi terhadap ide yang salah tersebut, orang lain menegaskan bahwa itu bukanlah gedung melainkan orang-orang yang berkumpul untuk beribadah. Akan tetapi, ini hanyalah sebagian benar. Mereka yang menganut pandangan ini cenderung meremehkan pentingnya jemaat yang dibentuk dengan dasar yang tepat, dan klaim bahwa cukup baik bagi mereka untuk bertemu dengan cara biasa dengan orang-orang percaya lainnya, katakanlah, di tempat kerja mereka. Mereka juga berpihak pada orang-orang Kristen yang membentuk berbagai âorganisasi para-jemaatâ, yaitu organisasi-organisasi yang ada berdampingan dengan jemaat-jemaat lokal.
Kita percaya bahwa Alkitab adalah otoritas satu-satunya dalam segala perkara doktrin dan praktek. Apa yang diajarkannya tentang jemaat? Mari kita cari tahu, dan marilah kita ikuti ajarannya!
I. Apa Itu Jemaat?
1. Kata Yunani ekklesia digunakan 115 kali dalam Perjanjian Baru. Kata ini berarti âkelompok orang-orang terpanggilâ. Ini bisa menyatakan setiap kumpulan orang-orang, terlepas dari apakah mereka orang Kristen atau tidak. Karena itu kata ini diterjemahkan sebagai âjemaatâ atau âmajelisâ dalam Alkitab. Dalam menyebutkan majelis Kristen, kata ini hanya digunakan dengan dua cara:
(i) Semua orang percaya sejati yang dianggap bersama-sama, apakah itu di masa lalu, masa sekarang atau masa depan. Ini adalah âjemaat universal (sejagat)â misalnya Efesus 5:25, 27; Matius 16:18.
(ii) Murid-murid Yesus Kristus yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Ini adalah âjemaat lokal (setempat)â, misalnya Kisah Para Rasul 20:17; 1 Korintus 1:2; Wahyu 1:11; 2:1. Ekklesia digunakan lebih dari 90 kali dalam artian ini.
2. Jemaat universal tidak kelihatan dalam artian bahwa pekerjaan Roh Kudus dalam hidup orang-orang percaya tidak bisa dilihat. Karena itu, kita tidak tahu tepatnya siapa, atau berapa banyak, orang di dalam jemaat yang tidak kelihatan. Usaha-usaha untuk mendefinisikan jemaat universal yang kelihatan, yang didasarkan pada Kisah Para Rasul 9:31, Kisah Para Rasul 15 dan Matius 13 tidak meyakinkan.
3. Jemaat universal menyatakan dirinya sebagai jemaat-jemaat lokal yang kelihatan di dunia. Orang-orang percaya bisa dikenali melalui pengakuan iman yang dapat dipercaya. Dari Kisah Para Rasul 2:40-47, dan perikop-perikop terkait seperti 2 Korintus 6:16-18 dan Ibrani 8:7-13, kita ketahui bahwa jemaat lokal mempunyai tanda-tanda berikut:
(i) Terdiri dari orang-orang percaya yang sudah dibaptis;
(ii) Mereka bersekutu secara sukarela berdasarkan perjanjian khusus;
(iii) Mereka menegakkan ibadah, kebenaran-kebenaran, peraturan-peraturan dan disiplin injil.
Definisi: âJemaat lokal adalah jemaat orang-orang percaya pada Kristus, dibaptis atas pengakuan iman yang dapat dipercaya, dan bersekutu secara sukarela berdasarkan perjanjian khusus untuk penegakan ibadah, kebenaran-kebenaran, peraturan-peraturan dan disiplin, injil.â (Hezekiah Harvey).
4. Keanggotaan dalam jemaat lokal tidak selalu bertepatan dengan keanggotaan dalam jemaat universal, dan demikian sebaliknya. Orang-orang yang mengaku percaya yang tidak lahir baru bisa saja tanpa disadari masuk ke dalam keanggotaan jemaat lokal, seperti halnya Ananias dan Safira (Kis. 5). Juga, orang-orang percaya sejati bisa dikesampingkan, oleh karena keadaan atau melalui kelalaian, dari keanggotaan dalam jemaat lokal untuk seketika waktu, seperti halnya sida-sida Ethiopia (Kis. 8). Implikasi-implikasi praktis ini menyusul:
(i) Anda tidak harus merupakan anggota jemaat universal hanya karena anda adalah anggota jemaat lokal. Dengan kata lain, anda mungkin belum bertobat!
(ii) Jika anda adalah anggota dari jemaat universal yang tidak kelihatan melalui lahir baru (yaitu dilahirkan kembali oleh Roh Kudus), anda haruslah menjadi anggota jemaat lokal melalui baptisan air.
II. Sentral Dan Unik
1. Jemaat lokal memegang peranan penting dalam mewujudkan rencana Allah.
(i) Pembentukan jemaat-jemaat lokal, melalui pemanggilan yang terpilih dari seluruh dunia, telah diantisipasi dalam Perjanjian Lama, misalnya Yesaya 2:3; 56:6-7; Yeremia 31:31-34. Akan ada persekutuan orang-orang percaya dari segala bangsa. Mereka akan beribadah kepada Allah di berbagai jemaat, di mana firman Allah diwartakan (Pengkhotbah 12:11).
(ii) Tuhan mengantisipasinya dalam pelayanan-Nya di dunia (Matius 18:15-17). Pengadilan banding terakhir dalam kasus disiplin adalah âjemaatâ yang, pada masa itu, terdiri dari para rasul. Rasul-rasul menggambarkan jemaat-jemaat lokal yang akan terbentuk kemudian.
(iii) Rasul-rasul memahami Amanat Agung sebagai melibatkan penanaman jemaat-jemaat lokal (Matius 28:18-20; Kis. 1:7-8; 13:1dst; 14:23).
(iv) Penglihatan akan kaki dian, dalam Wahyu 1-3, menegaskan bahwa adalah rencana Allah untuk mempunyai jemaat-jemaat lokal sampai Kristus kembali.
2. Kemuliaan Kristus akan tampak di dalam jemaat universal (Efesus 3:21). Di dalam prakteknya, ini berarti jemaat-jemaat lokal (2 Kor. 6:16; Efesus 2:19-22; Wahyu 1:13). Karena hal inilah mengapa merupakan hal yang serius bila jemaat berkompromi dengan dunia dan menjadi tidak setia kepada Tuhan.
3. Jemaat lokallah yang merupakan tiang penopang dan dasar dari kebenaran; bukan orang-orang, bukan aliran-aliran, bukan jemaat-jemaat nasional, bukan organisasi-organisasi para-jemaat (1 Tim. 3:15). Ia adalah tiang penopang yang menjunjung tinggi injil sehingga terangnya menerangi dunia. Ia adalah dasar di atas mana iman orang-orang percaya dibangun.
4. Surat-surat Perjanjian Baru ditulis hampir secara eksklusif kepada jemaat-jemaat atau orang-orang yang terkait dengan jemaat.
5. Kitab Suci mengkaitkan semua pekerjaan injil dengan jemaat-jemaat:
(i) Paulus adalah anggota jemaat di Antiokhia (Kis. 11:26), diutus keluar oleh jemaat tersebut (Kis. 13:2-3), dan kembali untuk membuat laporan (Kis. 14:26-28). Hal yang sama terjadi pada perjalanan misi kedua, dan juga pada perjalanan misi ketiga, saat ia ditahan sebelum tiba kembali di Antiokhia (Kis. 15:35-36; 18:19-22; 18:23).
(ii) Timotius dimasukkan ke dalam tim misionaris dari jemaat lokal dari Lystra (Kis. 16:1dst.).
(iii) Pemberita-pemberita injil hendaklah diutus oleh jemaat lokal (Mat. 9:38; 28:19; Roma 10:15).
6. Kitab Suci mengkaitkan hidup orang-orang percaya dengan jemaat:
(i) Orang-orang percaya harus beribadah bersama-sama dengan orang-orang percaya lainnya di dalam jemaat (Ibr. 10:25; Kis. 2:46-47; 20:7; Maz. 84).
(ii) Jemaat adalah tempat di mana orang-orang percaya mendapatkan pengawasan atas jiwa mereka (Ibr. 13:7, 17).
(iii) Jemaat adalah tempat di mana orang-orang percaya mendapat pengajaran, pelatihan dan perbaikan (2 Tim. 3:16-4:2; Tit. 2).
(iv) âSarana-sarana kasih karuniaâ ditemukan di dalam jemaat: persekutuan, mendengarkan firman Allah diberitakan, baptisan, perjamuan Tuhan, dll. (1 Kor. 11:23-26).
III. Beberapa Kesimpulan Penting
1. Semua pekerjaan injil harus keluar dari jemaat lokal, tunduk kepada disiplinnya, dan didukung oleh doa dan berkatnya. Tidaklah alkitabiah seseorang pergi mengerjakan pekerjaannya sendiri dalam nama Allah, dan tidak bertanggungjawab kepada siapapun (bandingkan Kis. 9:20, 27).
2. Tidak ada dasar alkitabiah untuk lembaga-lembaga misionaris zaman-modern dan organisasi-organisasi para-jemaat. Kegiatan-kegiatan injil spesifik yang tidak bisa dilaksanakan oleh jemaat-jemaat secara sendiri-sendiri bisa dilaksanakan oleh sekelompok jemaat yang berada dalam persekutuan dengan satu sama lainnya (Kis. 11:22-26; 16:1-3; 1 Kor. 16:1-3; Roma 15:26; Fil. 4:10-17; dll.). Lembaga-lembaga misionaris yang dibentuk jemaat-jemaat termasuk ke dalam kategori ini. Sejauh mana pekerjaan injil sedemikian diawasi dengan ketat oleh jemaat-jemaat akan tergantung pada sifat pekerjaan dan orang-orang yang terlibat. Pada umumnya, orang-orang disetujui atau ditugaskan oleh jemaat-jemaat ke pekerjaan injil haruslah diberi kebebasan untuk bertindak sesuai kebijaksanaan mereka.
3. Jika anda mempunyai âpandangan tinggiâ tentang jemaat lokal, anda akan:
(i) Berkomitmenkan diri sendiri sebagai anggota jemaat lokal yang baik. Perhatikan bahwa mungkin anda perlu memisahkan diri dari jemaat yang murtad (2 Kor. 6:17; 2 Tes. 3:6, 14-15; dst.)
(ii) Menata kehidupan anda di sekitar jemaat lokal. Keluarga, karir, rekreasi, dll. haruslah diorganisir di sekitar jemaat lokal.
(iii) Bertujuan untuk membangun jemaat lokal. Tidak ada cara yang lebih baik untuk memuliakan Allah selain dari melayani-Nya dengan membangun jemaat-jemaat yang setia.
Pertanyaan
1. Penginjil atau misionaris haruslah orang-orang yang diutus jemaat-jemaat lokal. Apakah itu berarti orang-orang Kristen tidak boleh aktif menyebarkan injil?
2. Seorang mahasiswa mendapati bahwa semua waktu luangnya diserap oleh kegiatan-kegiatan Serikat Kristen di universitas. Ia bahkan merasa sulit untuk beribadah di gereja pada hari Minggu. Apa yang bisa anda katakan tentang dirinya?
3. Istilah âjemaat lokalâ berbicara tentang âlokasiâ (di mana jemaat berlokasi) dan âlokalitasâ (melayani orang-orang di suatu daerah). Perlukah seorang percaya menjadi anggota jemaat yang paling dekat ke rumahnya? Sejauh mana seharusnya tempat jemaat darinya? Faktor-faktor apakah yang akan menentukan pilihan ke dalam jemaat mana bergabung? Pertimbangkan jalan-jalan yang baik dan transportasi yang lebih baik dewasa ini. Apakah situasi perintis membuat suatu perbedaan?
Ke atas
Bab 2. Doktrin (2 Timotius 3:16-4:5)
Kisah Para Rasul 2:42 menceritakan kepada kita bahwa jemaat purba âbertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoaâ. Yang jelas, doktrin mendapat tempat penting dalam kehidupan jemaat. âPengajaran rasul-rasulâ disebutkan lebih dulu.
Apa itu âpengajaran rasul-rasulâ? Kita tahu bahwa itu adalah ajaran Alkitab keseluruhan, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
(i) Kita tahu bahwa rasul-rasul menganggap Perjanjian Lama sebagai firman Allah, seperti yang dilakukan Tuhan Yesus Kristus.
(ii) Kita tahu bahwa Tuhan bermaksud Perjanjian Baru dituliskan sebagai penyataan Allah (Yoh. 16:12-15). Rasul-rasul tahu bahwa apa yang mereka ajarkan dan tuliskan sungguh-sungguh adalah firman Allah (1 Tes. 2:13; 2 Pet. 3:15-16).
(iii) Alkitab sendiri menyatakan bahwa âsemua Kitab Suci diberikan dengan diilhamkan Allahâ (2 Tim. 3:16-17). âSeluruh Kitab Suciâ, pada masa itu, mencakup setidaknya Perjanjian Lama (ayat 15), ajaran-ajaran Paulus sendiri (2 Tim. 3:14 band. ayat 10, 1:13, dan 2:2), ajaran-ajaran semua rasul lainnya (2 Pet. 3:15-16; Efesus 2:20) dan injil Matius (1 Tim. 5:18 band. Mat. 10:10).
Alkitab sajalah yang menjadi otoritas kita dalam segala perkara iman dan praktek. Doktrin dengan sendirinya tidak berguna. Tujuan dari doktrin adalah untuk menyatakan Allah, menyelamatkan jiwa dan mengubah hidup (Gal. 3:22-25; Roma 10:17; 2 Pet. 3:18). Doktrin lebih dulu, praktek menyusul.
Bagaimana seharusnya pentingnya doktrin atau pengajaran menunjukkan dirinya di dalam jemaat? Itu ditunjukkan setidaknya dengan dua cara: dengan mempunyai Pengakuan Iman, dan dengan pengajaran umum firman.
I. Pentingnya Pengakuan Iman
1. Standar doktrin untuk jemaat itu penting:
(i) Untuk menjaga dan menjunjung tinggi kebenaran. Setiap jemaat menyatakan percaya pada Alkitab. Namun, ada perbedaan dalam keyakinan dan praktek. Perbedaan jemaat kita diketahui dan dijaga oleh Pengakuan Iman. Pernyataan Iman itu berguna, tetapi terlalu singkat. Itu hanyalah âpernyataanâ, yang memberikan beberapa pokok keyakinan yang menunjukkan bahwa kita adalah jemaat sejati. Sebagian jemaat mempunyai Pernyataan Iman yang bisa kita setujui tetapi mereka juga bisa berpegang pada ajaran-ajaran lainnya, yang tidak disebutkan dalam Pernyataan Iman mereka, yang tidak bisa kita setujui!
(ii) Untuk menyingkapkan, menghempang dan melarang masuk kesalahan-kesalahan dan bidah. Ajaran-ajaran yang salah cenderung muncul kembali. Bagaimana dapat kita menjunjung tinggi kebenaran tanpa mengetahui apa kebenaran itu? Bagaimana dapat kita melarang masuk, katakanlah, Saksi Yehowa dari keanggotaan jemaat? Ia mungkin percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, tetapi ia tidak percaya bahwa Ia adalah Allah!
2. Beberapa pokok penting yang harus diperhatikan:
(i) Untuk mempunyai kumpulan kebenaran yang terdefinisi dengan jelas bukanlah konsep yang asing bagi Alkitab. Alkitab berbicara tentang âpengajaran rasul-rasulâ (Kis. 2:42); âpengajaran yang kamu pelajariâ (Roma 16:17); âinjil yang kamu terimaâ (Gal. 1:6-9; 1 Kor. 15:1); âiman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudusâ (Yudas 3); âApa yang telah engkau dengar ⦠percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayaiâ¦â (2 Tim. 2:2); âberpegang kepada perkataan yang benar: (Tit. 1:9); âajaran yang telah kamu terima dari kamiâ (2 Tes. 3:6). Orang-orang Kristen mula-mula tahu bahwa ada kumpulan kebenaran ini, yang disebut âimanâ (Yudas 3), yang dipeliharakan bagi umat Allah. Sebaliknya, banyak orang Kristen dewasa ini yang begitu samar-samar tentang apa yang mereka percayai.
(ii) Jika kita berani menyatakan kebenaran-kebenaran melalui mulut, kita harus berani menuliskan kebenaran-kebenaran tersebut dalam tulisan juga. Bila keyakinan-keyakinan kita dituliskan secara sistematik, kita secara efektif mempunyai Pengakuan Iman! Akan tetapi, kita tidak ingin âmenciptakan ulang rodaâ. Kita mengadopsi Pengakuan Iman Baptis 1689 sebagai standar pengajaran jemaat kita. Jemaat-jemaat reform lainnya berpegang pada Pengakuan Iman yang timbul dari Reformasi. Pengakuan Iman Baptis 1689 adalah yang paling berkembang baik dari semua Pengakuan Iman historis. Ini dibangun di atas Pengakuan Iman sebelumnya, dengan memperbaiki dan meningkatkannya. Ini mengajarkan baptisan orang percaya, dan menjunjung tinggi Independensi sebagai bentuk pemerintahan alkitabiah jemaat.
(iii) Kita tidak menganggap Pengakuan Iman sebagai otoritas yang sama dengan Kitab Suci. Pengakuan Iman ini hanya mengandung kebenaran-kebenaran penting yang kita yakini alkitabiah, dan diletakkan secara sistematik, dalam bentuk yang bisa menjadi rujukan mudah.
(iv) Alkitab memungkinkan perbedaan pendapat atas perkara-perkara yang tidak mendasar (1 Kor. 11:19 band. 1:10; Fil. 3:15 band 2:1-4). Itu memungkinkan perbedaan atas perkara-perkara sedemikian, tetapi tidak menyetujui perbedaan sedemikian. Alkitab mengharapkan semua orang percaya sepakat tentang semakin banyak perkara seiring dengan semakin dewasanya mereka. Di dalam jemaat, anda bisa bertindak sesuai dengan pemahaman anda tentang kebenaran sepanjang itu tidak menimbulkan perpecahan (Roma 16:17), dan sepanjang anda berpegang pada keyakinan-keyakinan dasar yang ditetapkan dalam Pengakuan Iman.
(v) Menjaga perbedaan pengajaran kita belum sama sekali menghambat persekutuan dengan jemaat-jemaat Kristen sejati lainnya. Ternyata, itu membantu kita menentukan dengan siapa kita bisa mengadakan persekutuan, dan sampai sejauh mana. Banyak orang dewasa ini berbicara tentang kesatuan antar-jemaat tetapi lupa bahwa kesatuan sejati hanya bisa ada di sekitar kebenaran. Tidak ada baiknya bersikap longgar, dangkal dan berkompromi atas soal pengajaran.
II. Pentingnya Pengajaran Umum Firman
1. Alkitab banyak berbicara tentang pemberitaan dan pengajaran, yang ditujukan kepada orang-orang percaya dan orang-orang yang tidak percaya. Akan membantu jika kita mengetahui dengan jelas tiga kata dasar yang digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas ini.
(i) Kata âpemberitaanâ berasal dari kerusso dalam bahasa Yunani, yang berarti memproklamirkan, menggembar-gemborkan, mengumumkan dengan otoritas (Mat. 11:1; 1 Kor. 1:21, 23; 2:4; 15:14; 1 Tim. 2:7; 2 Tim. 1:11; Kis. 20:26). Kata âpengajaranâ berasal dari kata didasko dalam bahasa Yunani, yang artinya mengajar, menginstruksikan (Mat. 11:1; 1 Tim. 2:11). Ada tumpang-tindih pada arti antara keduanya. Pada keduanya, doktrin dan pengajaran disampaikan, illustrasi digunakan, implikasi diuraikan. Karena itulah mengapa, dalam 1 Timotius 2:7, 2 Timotius 1:11, Kolose 1:28, dan Kisah Para Rasul 28:31, âpengajaranâ adalah penjabaran dari âpemberitaanâ. Biasanya, kata âpengajaranâ digunakan sebagai istilah umum yang mencakup semua aktivitas penyampaian pengetahuan lainnya (mis. 1 Tim. 3:2; 4:11; 6:3; 1 Kor. 12:28, 29; Yak. 3:1).
(ii) Juga ada perbedaan antara pemberitaan dan pengajaran: pada isinya, cara penyampaian, situasi atau keadaan, dan efek (Roma 12:7, 8; 1 Kor. 2:4; dll.). Pemberitaan lebih menyangkut aplikasi, pengajaran lebih menyangkut doktrin; pemberitaan bersifat mendorong (nasihat, untuk menjadikan anda bertindak), pengajaran bersifat didaktik (untuk instruksi, untuk menjadikan anda tahu); pemberitaan adalah formal, publik dan ditujukan kepada orang banyak yang heterogen, sementara pengajaran adalah tak formal, pribadi dan ditujukan kepada kelompok yang homogen. Pemberitaan mencari hati nurani, menggerakkan hati dan menggerakkan seseorang untuk bertindak. Pengajaran menghilangkan kebodohan, memperbaiki kesalahan dan menginformasikan pikiran. Perbedaannya sama seperti perbedaan politisi yang berpidato kepada kumpulan besar orang-orang dan dosen yang mengajar di panggung kuliah. Perbedaan ini muncul dalam perikop-perikop seperti Matius 11:1, di mana Yesus âpergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota merekaâ.
(iii) Frasa âuntuk memberitakan Injilâ adalah terjemahan dari kata euangelizomai dalam bahasa Yunani (Kis. 8:4; 1 Kor. 1:17). Ini berarti mempublikasikan, atau membawa, kabar baik kepada orang lain. Ini paling tepat diterjemahkan âmenginjiliâ. Ini mencakup aktivitas memberitakan (Roma 10:14-17; Kis. 10:42; 20:25), mengajar (Kis. 18:11; 28:31; 1 Tim. 2:7; 2 Tim. 1:11), berdebat (Kis. 9:28), mempertimbangkan (Kis. 17:2, 17; 18:4; 19:9); membujuk (Kis. 18:4; 19:8, 26; 28:23); dll.
Yang menjadi fokus kita di sini lebih pada pemberitaan dan pengajaran di dalam jemaat.
2. Alkitab memberikan penting pada pemberitaan publik firman Allah.
(i) Nabi-nabi Perjanjian Lama adalah pemberita-pemberita, misalnya Yeremia, Amos, Hosea, Yesaya, dll. Serupa halnya, tokoh-tokoh Perjanjian Baru: Yesus Kristus, Yohanes Pembaptis, Paulus, Petrus, dll.
(ii) Ada penekanan terus menerus pada perlunya memberitakan: (a) untuk menyelamatkan jiwa-jiwa (Roma 10:13-17; 1 Pet. 1:23); (b) untuk membangun orang-orang percaya (Efesus 4:11 dst.; Tit. 2:1dst.; 1 Tim. 4:6, 11-16); (c) untuk menjunjung tinggi kebenaran (2 Tim. 2:2, 15, 24; 2 Tim. 4:1-5).
(iii) Ada penekanan terus menerus pada mendengarkan (Mat. 11:15; 13:9; Mark. 4:9, 23-24).
(iv) Tujuan utama dari jemaat, dan pemberita injil, adalah untuk memberitakan firman Allah, dan bukan untuk mengerjakan pekerjaan sosial atau untuk menjadi terlibat dalam politik (Kis. 6:1-4; 2 Tim. 3:16-17 bd. 4:1-4).
3. Selain dari pemberitaan publik, haruslah ada pengajaran pribadi di mana ada kesempatan untuk diskusi dan menjawab pertanyaan. Idealnya, anggota-anggota jemaat haruslah diajari bersama-sama, terpisah dari campuran orang banyak dalam layanan ibadah (bd. 1 Kor. 14:23-25). Tetapi keadaan mungkin mengharuskan agar kelompok tertentu dilayani secara terpisah, misalnya ibu-ibu rumah tangga dengan anak-anak kecil yang tidak bisa menghadiri pertemuan malam, dokter dan perawat yang tidak bisa menghadiri pertemuan reguler karena tugas shift. Tuhan terlibat dalam pengajaran (Mat. 13:36; 16:13; 18:1; 21:20; 24:1, 3; dll.). Rasul-rasul juga terlibat dalam pengajaran (Kis. 19:9; 20:20; 28:23, 31). Perhatikan bahwa bahkan dalam pengajaran, doktrin dan instruksi diberikan, dan dengan otoritas (Kis. 20:7, 9; 1 Tim. 4:6, 11; 2 Tim. 4:2; Tit. 2:15). Lalu mengapa sekarang ini digembar-gemborkan tipe studi Alkitab âdiskusi-dan-dialogâ?
III. Doktrin dan Anda
1. Jangan memandang rendah doktrin. Usahakan sedapat mungkin meningkatkan pemahaman anda tentang ajaran Alkitab dengan: mendengar, membaca, mempelajari, bermeditasi, menghafal, mendiskusikan. Kebenaran-kebenaran datang âmesti begini mesti begitu, tambah ini tambah ituâ (Yesaya 28:9-14). Bagaimana kehadiran anda pada sesi pemberitaan dan pengajaran?
2. Apakah jemaat anda menjunjung tinggi pentingnya doktrin? Jika ya, pemberitaan firman Allah akan bersifat pokok dalam kebaktian ibadah â bukan perjamuan Tuhan, bukan musik dan nyanyian, bukan hiburan, bukan kesaksian, bukan penyembuhan, bukan mendongeng. Dan mengapa tidak memperkenalkan Pengakuan Iman 1689 ke dalam jemaat anda?
3. Banggalah, dalam artian sesungguhnya, bersekutu dengan jemaat doktrinal. Amalkanlah doktrin-doktrin yang kita percayai, sehingga tidak ada orang yang bisa mengatakan apapun terhadap kita (2 Pet. 3:18). Berdoalah untuk pendeta, agar supaya ia bisa tetap setia kepada firman Allah dan tidak berkecil hati dengan adanya penentangan. Persiapkanlah hati anda untuk mendengarkan pemberitaan, berkonsentrasilah sewaktu mendengarkan, dan hayatilah apa yang anda dengar.
Pertanyaan
1. Bagaimanakah kiranya anda menjawab orang yang berkata bahwa:
(i) Ia hanya percaya pada Alkitab dan tidak membutuhkan pengakuan iman buatan-manusia seperti Pengakuan Iman 1689?
(ii) Ia hanya membaca Alkitab dan tidak mau membaca buku-buku yang ditulis oleh manusia?
(iii) Ia percaya bahwa kelakuan lebih penting daripada doktrin?
2. Bandingkan keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian studi Alkitab yang dilaksanakan dalam gaya âpengajaranâ dan dalam gaya âdiskusi-dan-dialogâ. Yang disebut terakhir disebut âStudi Alkitab interaktifâ. Sejauh manakah deskripsi tersebut akurat?
3. Menurut anda mengapa orang-orang Kristen dan jemaat-jemaat begitu menentang doktrin dan Pengakuan Iman? Sejauh manakah kebenaran alasan-alasan ini? Apa yang bisa kita lakukan untuk mengubah situasi ini?
Ke atas
Bab 3. Persekutuan (Efesus 4:1-16)
Persekutuan adalah salah satu tanda jemaat Perjanjian Baru (Kis. 2:42). Ini bukan satu-satunya tanda. Janganlah menganggap sesuatu jemaat itu baik hanya karena tampak mempunyai persekutuan yang hangat. Pada waktu yang sama, itu juga tidak boleh menjadi tanda yang hilang. Jemaat yang kuat atas doktrin, tetapi lemah dalam persekutuan, adalah cacat. Arti pentingnya menjadi jelas bila kita memahami esensinya dan relevansinya pada kehidupan jemaat.
I. Dasar Persekutuan
1. Persekutuan ( koinonia dalam bahasa Yunani) berasal dari kata koinos dalam bahasa Yunani, yang berarti umum. Mempunyai pesekutuan berarti memiliki bersama segala sesuatu, berbagi, berpartisipasi bersama, memasuki kemitraan. Persekutuan orang Kristen bersifat rohani, yang terekspresikan dengan sendirinya dalam hidup. Itu bukanlah hanya berbagi segala yang kita miliki, tetapi berbagi diri kita sendiri. Kita berbagi kehidupan rohani bersama.
2. Persekutuan kita dengan orang-orang Kristen lainnya dan jemaat-jemaat lainnya tergantung sampai tingkat yang besar pada tiga faktor:
(i) Kehidupan rohani. Tidak ada persekutuan antara terang dan kegelapan, antara orang percaya dan orang yang tidak percaya (2 Kor. 6:14-16). Persahabatan tidak boleh disamakan dengan persekutuan. Terdapat keramahan dan penerimaan antara dua sahabat baik, tetapi itu berbeda dari persekutuan. Persekutuan hanya ada antara orang-orang yang mempunyai kehidupan rohani, yaitu orang-orang yang percaya pada Kristus, yang didiami Roh Kudus (1 Yoh. 1:3, 7; 1 Kor. 6:19-20).
(ii) Kebenaran. Persekutuan dilandasi kebenaran. Orang-orang yang mempunyai kehidupan rohani tertarik kepada kebenaran (1 Yoh. 1:5-7; Yoh. 3:20-21). Semakin banyak kebenaran kita berbagi bersama, semakin kuatlah persekutuan, dan demikian sebaliknya (Efesus 4:1-6).
(iii) Kepatuhan. Keyakinan adalah satu hal, kepatuhan adalah hal lain. Ada penekanan terus menerus pada kepatuhan terhadap kebenaran dalam Alkitab (1 Yoh. 2:3-5; Yoh. 14:15, 21, 23, 24). Persekutuan rusak menyedihkan bila satu pihak melakukan tindakan yang bertentangan dengan kebenaran yang diakui. C.H. Spurgeon pernah hancur hatinya disebabkan mereka yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan keyakinan-keyakinan yang mereka akui selama âKontroversi Kemunduranâ.
3. Persekutuan terkait erat dengan kesatuan. Yang berikut ini bisa disebutkan tentang kesatuan:
(i) Kesatuan rohani diciptakan oleh Allah, bukan oleh manusia. Pada pokoknya dan pada prinsipnya, kesatuan sudah ada antara orang-orang Kristen. Kita tidak berusaha keras menciptakan kesatuan. Kita berusaha keras untuk menjaga (Efesus 4:1-6) dan mengekspresikan (Yoh. 17:20-23), kesatuan tersebut.
(ii) Kesatuan ini dinyatakan terutama dalam jemaat lokal , dan kemudian antara orang-orang percaya pada umumnya. Ini timbul dari fakta bahwa jemaat universal menyatakan diri di dunia pada pokoknya dalam jemaat-jemaat lokal (Yoh. 17:20-23 band. Mat. 18:17; Efesus 3:10, 21; Wahyu 1:9-20). Di dalam jemaat, kasih diekspresikan. Kasih berdua adalah karunia dan tanggungjawab. Sebagai karunia, ia berasal dari Allah. Sebagai tanggungjawab, kita harus berusaha menunjukkannya (1 Kor. 13).
(iii) Persekutuan selektif itu perlu karena tiga alasan.
Pertama, itu diajarkan dalam Alkitab. Secara positif, kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada saudara seiman (Gal. 6:10). Secara negatif, kita harus memisahkan diri dari mereka yang menyimpang dari kebenaran-kebenaran dasar, apakah itu dalam doktrin atau dalam praktek. Ada orang-orang yang harus tetap kita anggap saudara-saudara (2 Tes. 3:6, 14-15). Ada orang-orang yang harus kita anggap sebagai orang-orang yang tidak percaya, dan bahkan musuh dari injil (Mat. 18:17; 2 Kor. 6:14-18; Roma 16:17; Gal. 1:8-9; 2 Yoh. 7-11).
Kedua, kita mempunyai teladan Tuhan bagaimana Dia menghadapi murid-murid. Dari semua orang yang mengikut Dia, Ia hanya memilih tujuh puluh untuk diutus dua-dua orang. Dari tujuh puluh, Dia hanya memilih dua belas rasul. Dari antara kedua belas itu ada tiga â yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes â yang menyertai-Nya ke gunung di mana Dia dimuliakan dan ke Taman Getsemane. Dari antara ketiganya ada satu yang dikenal sebagai âmurid yang dikasihi Tuhanâ.
Ketiga, ada pertimbangan bahwa di dalam praktek tidaklah mungkin bersekutu dengan semua orang sama rata. Waktu dan sumberdaya kita terbatas. Kepentingan, kepribadian dan keadaan berbeda-beda. Selain itu, ada berbeda-beda tingkat pemahaman tentang, dan kepatuhan terhadap, kebenaran-kebenaran di antara umat Allah.
4. Dari semua yang telah kita pelajari â sentralitas dan keunikan jemaat lokal, pentingnya arti doktrin, ekspresi kesatuan antara orang-orang Kristen â muncullah prinsip berikut: Jemaat lokal haruslah satu secara doktrinal dan secara sosial (1 Kor. 1:10; Fil. 3:16; 4:2; 1 Kor. 12:12; Efesus 4:1-6). Ini menyerukan:
(i) Sistem keyakinan yang disepakati, dan oleh itu Pengakuan Iman.
(ii) Seluruh Jemaat dikumpul sebagai satu, sedapat mungkin. Kita sengaja menghindari perpecahan kepada kelompok-kelompok: kelompok-kelompok sel, persekutuan wanita; persekutuan pemuda, dll. Akan tetapi, ada tempatnya untuk kesaksian khusus (band. Galatia 2:7-9). Sebagai contoh misalnya, mungkin ada persekutuan wanita atau persekutuan pemuda yang masing-masing diarahkan untuk membawa injil kepada para wanita dan pemuda.
(iii) Pengakuan bahwa tidaklah mungkin setiap anggota mengenal semua yang lainnya dengan sama baiknya. Penerimaan fakta ini akan mencegah kritikan tentang persekutuan di dalam jemaat. Ini juga akan membantu kita menghindari mempunyai ide persekutuan romantis: tinggal dalam komune-komune, menghapuskan semua ide harta pribadi, bersukacita setiap saat, dll. Dibutuhkan usaha untuk mengenal semua orang dengan lebih baik, terutama bila jemaat bertumbuh lebih besar. Orang-orang Kristen haruslah âbertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristusâ (2 Pet. 3:18). Jemaat harus bertumbuh menjadi mulia, âdengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercelaâ (Efesus 5:27). Kita mungkin tidak mengenal semua orang di dalam jemaat dengan sama baiknya, namun persekutuan antara anggota-anggota haruslah senantiasa bertumbuh.
II. Bagaimana Persekutuan Mengekspresikan Diri
Kita kaji cara-cara praktis dengan mana persekutuan harus diekspresikan.
1. Berkumpul untuk beribadah, mengajar dan berdoa (Kis. 2:1, 42; 4:23; 20:7; Kol. 4:16; Ibr. 10:25; 1 Kor. 16:2).
(i) Banyak orang yang mengeluh kekurangan persekutuan namun tidak menghadiri pertemuan umum jemaat. Haruslah berusaha menghadiri semua pertemuan jemaat. Setiap kali ada anggota yang absen, ia dirindukan. Bagaimana bisa sebaliknya? Kita adalah sebuah persekutuan, sebuah jemaat yang terdiri dari anggota-anggota yang berjanji bersama-sama. Saudara atau saudari yang tidak pulang untuk makan malam reuni Tahun Baru China sangat dirindukan. Jemaat yang terjalin erat akan merindukan anggota yang tidak muncul untuk suatu pertemuan.
(ii) Kita ingin datang telah siap sedia untuk berpartisipasi. Yang kita maksudkan dengan partisipasi bukanlah bahwa semua orang harus menyumbangkan sesuatu. Pemahaman yang salah tentang partisipasi ini diajarkan di banyak jemaat. Ini timbul dari pemahaman yang salah tentang 1 Korintus 14:26. Yang kita maksudkan adalah bahwa hati kita haruslah di dalam apa yang kita kerjakan secara bersama (band. Mat. 15:8; 1 Kor. 14:16). Saat seseorang memimpin jemaat dalam doa, hati kita haruslah di dalam apa yang ia doakan. Saat kita mendengarkan secara bersama-sama, dan bernyanyi bersama-sama, hati kita haruslah di dalam apa yang kita lakukan.
(iii) Sebagai sebuah jemaat, kita menjaga pertemuan-pertemuan umum tetap minimum, tetapi kita mengharapkan kehadiran pada tingkat maksimum. Ada baiknya jika ada keinginan spontan untuk bertemu seputar firman dan untuk berdoa setiap hari dalam minggu (band. Kis. 2:46). Disarankan agar anggota-anggota jemaat di masing-masing lokasi berkumpul setiap hari untuk âsarapan doaâ sebelum berangkat bekerja. Ini haruslah muncul secara spontan, dari hati anda. Sepanjang menyangkut pertemuan-pertemuan jemaat, kita mematuhi peraturan âpertemuan minimum, kehadiran maksimumâ.
2. Dalam pelayanan Kristen, termasuk penginjilan dan pekerjaan baik.
(i) Tuhan mengorganisir penginjilan, dengan mengutus murid-murid-Nya berdua-dua untuk memberitakan injil. Anggota-anggota jemaat purba bertekun dalam memberitakan injil ke mana saja. Jemaat dewasa ini haruslah terlibat aktif dalam penginjilan.
(ii) Kemudian ada pekerjaan baik untuk dikerjakan. Orang sakit perlu dikunjungi. Orang yang sudah tua dan orang cacat perlu dilayani. Ada ruang lingkup yang besar untuk perjungan rumah sakit, penjara, pusat rehabilitasi narkoba dan kamp pengungsi (Gal. 6:10; Yak. 1:27).
3. Dalam bertamu dan interaksi sosial seputar makanan (Kis. 2:46; 1 Kor. 11:21-22; 1 Pet. 4:9).
(i) Berbagi makanan menyatakan tentang saling menerima dan kesatuan (band. 1Kor. 10:16-17, 18, 19-21; Wah. 3:20; 19:9). Kapankah terakhir anda mengundang seseorang ke rumah untuk makan? Keluarga-keluarga di dalam jemaat hendaknya saling mengundang satu dengan lainnya untuk makan. Mereka juga hendaknya mengundang orang-orang yang tidak menikah di dalam jemaat. Ini merupakan pelayanan penting yang akan ditempuh untuk meningkatkan persekutuan. Ini tidak perlu dilakukan setiap minggu. Tetapi haruslah ada usaha untuk melakukannya secara teratur, mungkin sekali sebulan atau sekali dua bulan.
(ii) Juga ada tempatnya untuk makan-persekutuan yang diorganisir untuk seluruh jemaat (Kis. 2:46; 1 Kor. 11:21-22; Wah. 19:9). Apakah itu diadakan sekali sebulan atau sekali tiga bulan, anggota-anggota jemaat haruslah tahu bahwa ini merupakan bagian dari kehidupan jemaat dan berusaha menghadirinya.
(iii) Bertamu yang diperluas hingga kepada teman-teman nonKristen bersama-sama dengan anggota-anggota jemaat membentuk jembatan yang efektif dalam bersaksi. Bila tidak ada pertobatan di dalam jemaat dalam jangka waktu yang lama, hal itu mungkin disebabkan fakta bahwa teman-teman nonKristen tidak diundang ke rumah untuk makan. Kita harus berdoa untuk pertobatan. Kita harus menginjili. Tetapi kita juga haruslah bersahabat dengan kontak kita dengan cara yang sungguh-sungguh dan menyingkapkan terhadap mereka nilai-nilai Kristen dan kehangatan yang tampak saat makan.
(iv) Kita diharapkan berbagi hanya atas apa yang kita miliki, dan tidak lebih. Anda tidak diharuskan memasak hidangan yang mahal. Sebagai contoh misalnya, beehoon (mie) yang digorong dalam kecap, dengan telur dan toge, merupakan hidangan yang tidak terlalu mahal!
(v) Kita harus mempelajari karunia menerima, bukan hanya memberi. Ada orang-orang tertentu yang selalu menolak undangan untuk makan. Orang-orang sedemikian bukan hanya menjadi rugi karena mereka tidak dibangun, tetapi juga karena mereka tidak bisa membangun orang lain.
4. Dalam persekutuan pribadi informal.
(i) Kunjungan secara teratur haruslah didorong, di mana ada saling membangun melalui:
(a) Apa yang kita katakan: untuk mendorong, mengajar, menegur, berdoa, berbagi pengalaman (Efesus 4:29; 2 Tim. 1:16-18; Kis. 18:24-28; Yak. 5:16; Roma 12:9-12).
(b) Apa yang kita lakukan: berbagi beban, keuangan, harta kepunyaan, dll. (Gal. 6:2; Kis. 2:44-45; 4:32-37; Roma 12:13; 1 Pet. 5:10-11).
(ii) Orang-orang Kristen sah-sah saja mempunyai minat pada seluruh sisi kehidupan, sepanjang itu tunduk kepada ketuhanan Kristus: seni, sastra, musik, olahraga, dll. (Mazmur 24:1). Jika memungkinkan, laksanakanlah minat-minat sedemikian secara bersama-sama, misalnya tamasya, pertandingan untuk anak-anak, masak-memasak, dll.
Kesimpulan
Persekutuan di dalam jemaat haruslah merupakan cerminan dari persekutuan yang akan kita alami di sorga. Sewaktu di dunia, banyak yang bisa mengotori persekutuan kita: ujian dan pencobaan, jerih lelah dan air mata, pergumulan dan kesalahpahaman, dan dosa. Namun demikian, kita harus berusaha keras meningkatkan persekutuan kita sehingga kita bisa siap sedia untuk persekutuan sempurna di sorga.
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya
Aapabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
Seperti minyak yang baik di atas kepala,
Meleleh ke janggut,
Yang meleleh ke janggut Harun,
Dan ke leher jubahnya,
Seperti embun gunung Hermon
Yang turun ke atas gunung-gunung Sion;
Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat
Kehidupan untuk selama-lamanya.
(Mazmur 133)
Pertanyaan
1. Sarankanlah beberapa cara praktis dalam meningkatkan dan mendorong persekutuan di jemaat kita.
2. Ibrani 13:2 mendorong kita untuk menjamu orang asing. Apakah ini menimbulkan masalah bagi kita (band. Gal. 6:10)?
3. Banyak jemaat modern yang mempunyai âkelompok-kelompok selâ. Bukankah harus kita juga memilikinya? Prinsip-prinsip dan faktor-faktor apa yang akan menentukan keputusan kita? Pertimbangkan nilai dari mempunyai kelompok-kelompok yang tersebar yang mengadakan pertemuan secara terpisah dengan penjangkaun sebagai tujuan utamanya.
Ke atas
Bab 4. Baptisan (Kis. 8:26-40)
Baptisan adalah salah satu dari dua ketetapan istimewa yang ditetapkan Tuhan kita, yang lainnya adalah Perjamuan Tuhan. Ada ketetapan-ketetapan lainnya, atau âsaranah-saranah kasih karuniaâ lainnya seperti firman Allah dan doa. Baptisan dan Perjamuan Tuhan adalah sarana istimewa Perjanjian Baru , yang dilembagakan oleh Yesus Kristus untuk menjadi tanda-tanda persatuan rohani antara Dia dan umat-Nya .
Gereja Katolik Roma mengajarkan bahwa ada tujuh âsakramenâ: baptisan, konfirmasi (yaitu penopangan tangan untuk memberikan Roh Kudus), eukaristi (yaitu massa), penebusan dosa (yaitu pengampunan dosa oleh imam), perminyakan ekstrim (yaitu doa khusus dan pengurapan minyak pada orang sakit), perkawinan dan orde (penahbisan imam dan penyucian biarawati). Dinyatakan bahwa, selain dari perkawinan dan orde, yang sifatnya pilihan, sakramen lainnya sangat penting untuk keselamatan. Oleh karena penyimpangan kata âsakramenâ ini ( sumpah , bahasa Latin), kita lebih memilih untuk menggunakan kata âordonansiâ (âketetapanâ, petunjuk otoritatif ). Pengakuan Iman 1689 (bab 28-30) dan juga Katekismus Keach (Pertanyaan 99, 100 & 107) menggunakan kata âordonansiâ.
Setelah zaman para rasul, ada dua jenis gereja: gereja kekuasaan dan gereja perselisihan. Satu perbedaan utama antara keduanya adalah tentang baptisan: gereja perselisihan hanya mempraktekkan baptisan orang percaya, sementara gereja kekuasaan mempraktekkan juga baptisan bayi. Perbedaan yang sudah lama ini tidak boleh menyebabkan kita putus asa atas situasinya. Namun, kita haruslah sampai ke posisi alkitabiah yang jelas karena:
(i) Kita percaya bahwa Alkitab bersifat otoritatif, cukup dan bisa dipahami dengan jelas.
(ii) Baptisan adalah ciri menonjol sedemikian dari ajaran Perjanjian Baru yang tidak mungkin bagi kita masih tetap kurang jelas tentang hal ini. Ajaran-ajaran langsung, contoh-contoh, kiasan-kiasan dan kegunaan gambaran dari baptisan ada diberikan. Secara bersama-sama, kata benda âbaptisanâ ( baptisma ) dan kata kerja âmembaptisâ ( baptizo ) muncul sekitar seratus kali. Kedua kata ini berasal dari kata bapto, membenamkan. Baptisma tidak boleh dianggap sama dengan baptismos , yang merupakan sebutan untuk pembasuhan agamawi barang-barang (Ibr. 6:2, 9:10; Mark. 7:4, 8). Baptizo tidak boleh dianggap sama dengan rhantizo , memercikkan (Ibr. 9:13; 10:22).
(iii) Kontroversi selama berabad-abad akan sudah mempertimbangkan semua hujah-hujah utama di kedua belah pihak sehingga sekarang kita berada di posisi untuk mempertimbangkan mana yang benar dan mana yang salah.
I. Arti dan Tujuan
Baptisan mempunyai kedua arti dan tujuan.
1. Arti: Tanda dari
(i) persekutuan dengan Kristus dalam kematian, pengebumian dan kebangkitan-Nya (Roma. 6:3-4; Kol. 2:12);
(ii) penyatuan rohani dengan Kristus (Gal. 3:26-27);
(iii) pengampunan dosa (Kis. 22:16; 1 Pet. 3:21; Mrk. 16:16);
(iv) pemisahan dari dunia untuk menjalani hidup baru bersama Kristus (Roma 6:3-4; 1 Pet. 3:18-22).
2. Tujuan: Inisiasi ke dalam keluarga Allah, yaitu jemaat lokal (Kis. 2:41; Yoh. 3:3, 5; 1 Kor. 12:13; Gal. 3:26-27). Orang yang ingin dibaptis juga harus siap untuk menyatukan dirinya dengan jemaat lokal.
II. Subjek Baptisan
1. Baptisan dilaksanakan pada semua orang yang memberikan pengakuan iman yang bisa dipercaya. Semua ajaran tentang, dan teladan dari, baptisan dalam Perjanjian Baru melibatkan orang-orang yang mengakui iman dalam Kristus (Mat. 28:19-20; Mrk. 16:16; Kis. 2:38, 41; 8:12; dll.). Kita mengharuskan pengakuan iman yang bisa dipercaya , yaitu dapat diterima. Kita mungkin salah dalam penilaian kita, tetapi itu bukan berarti bahwa kita harus longgar dalam memastikan iman orang lain. Dalam Perjanjian Baru, baptisan sering menyusul segera setelah pengakuan iman. Pada masa itu, menjadi pengikut Kristus bukanlah perkara modis. Pada kenyataannya, itu berpotensi berbahaya untuk menjadi seorang Kristen. Selain itu, rasul-rasul masih berada, dan mereka memiliki karunia menilai yang luar biasa: untuk memastikan siapa yang merupakan orang percaya yang sungguh-sungguh dan siapa yang munafik (Kis. 5:1-11; 8:9-25). Sekarang ini, kita akan membaptis seseorang secepat nyaman untuk jemaat, setelah kita yakin akan pertobatannya.
2. Bayi dari orang yang mengaku percaya tidak dibaptis karena tidak ada perintah, tidak ada teladan, dan tidak ada kesimpulan tertentu dalam Kitab Suci, untuk membaptis mereka. Melakukannya berarti akan:
(i) Melanggar Prinsip Peraturan (Regulatif) . Dalam ibadah dan pemerintahan jemaat, tidak boleh dimasukkan apa saja yang tidak diajarkan dalam firman Allah (Ul. 12:32; Amsal 30:6; Im. 10:1-2. Juga 1:6 dari Pengakuan 1689).
(ii) Membelokkan perjanjian karunia. Allah menyelamatkan orang-orang berdosa dengan kasih karunia melalui iman, dalam Kristus (Efesus 2:8-9). Tidaklah benar mengasumsikan bahwa semua bayi yang lahir dari orangtua yang percaya adalah âanak-anak perjanjianâ. Perjanjian kasih karunia tidak mungkin bisa mencakup yang tidak dipilih, di mana banyak di antaranya yang ditemukan di antara anak-anak dari orangtua yang percaya.
(iii) Bertindak bertentangan dengan arti dan tujuan baptisan.
3. Bagaimana dengan âtheologia perjanjianâ? Ada Theologia Perjanjian sejati yang tidak boleh dianggap sama dengan Theologia Paedobaptis. Perjanjian yang dibuat dengan Abraham haruslah dipahami bukan hanya dari sudut pandang Perjanjian Baru, tetapi juga menurut perkembangannya melalui Perjanjian Lama. Seiring berkembangnya penyataan, semakin jelas dan jelaslah bahwa gambaran-gambaran dan bayangan-bayangan Perjanjian Lama sungguh-sungguh mengarah kepada realitas-realitas rohani masa mendatang yang melibatkan pertobatan bangsa-bangsa nonYahudi untuk percaya kepada Kristus, mis. Yeremia 31:31-34; Amos 9:11-12; Yesaya 60-66; dll. Perhatikan yang berikut tentang Kejadian 17:7-14:
(i) Keturunan yang sesungguhnya dan keturunan rohani dari Abraham adalah orang-orang yang percaya kepada Kristus (Roma 9:7; Gal. 3:7-9, 26-29);
(ii) Tanah yang dijanjikan menunjukkan kerajaan Allah, atau sorga (Gal 5:21; Ibr. 4:8-9; 11:8-16; 1 Pet. 1:4-5);
(iii) Sunat menunjukkan lahir baru, bukan baptisan (Roma 2:28-29; Kol. 2:11-12). Baptisan adalah tanda baru dari perjanjian yang baru (Ibr. 8:7-13).
4. Bagaimana dengan perikop yang tampaknya mengajarkan keselamatan bayi?
(i) âPerikop-perikop keluargaâ: Kepada kita dicertikan dalam Kisah Para Rasul 16:31-34 bahwa penjaga penjara di Filipi âsangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allahâ (ayat 34). Dengan membandingkan 1 Korintus 1:16 dengan 1 Korintus 16:15, kita menemukan bahwa keluarga Stefanus adalah âbuah pertama dari Akhaiaâ, yaitu orang-orang percaya pertama di Akhaia. Kepada kita juga diceritakan bahwa âmereka membaktikan diri mereka untuk pelayanan orang-orang kudusâ, yang menunjukkan bahwa mereka semua adalah orang percaya. Contoh-contoh ini akan membantu kita memahami kasus Lydia dan keluarganya (Kis. 16:14-15). Kaidah dasar penafsiran alkitabiah adalah bergerak dari apa yang jelas ke apa yang tidak jelas.
(ii) Banyak sudah diambil dari frasa, âSebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmuâ dalam Kisah Para Rasul 2:39. Kaidah dasar penafsiran alkitabiah adalah memahami kata-kata dalam konteks. Jika pendengar langsung Petrus perlu bertobat dan dibaptis untuk menerima karunia Roh Kudus, mengapa anak-anak mereka harus menerima Roh (atau janji perjanjian kepada Abraham) dengan cara lain? Selain itu, frasa terakhir dalam ayat 39, âsebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kitaâ menjadikan jelas semua yang mendahuluinya. Apakah itu Yahudi atau nonYahudi, semuanya perlu bertobat dan mempunyai iman kepada Kristus agar selamat.
(iii) 1 Korintus 7:14 juga telah dijadikan pembanding. Di sana, anak-anak dari orangtua yang percaya dianggap sebagai âkudusâ bukan dalam artian bahwa mereka telah diselamatkan, namun mereka âdipisahkanâ agar berada di bawah pengaruh injil, berbeda dengan mereka yang dilahirkan di dalam keluarga penyembah berhala. Jika tidak, suami atau isteri yang tidak percaya, yang âdikuduskanâ atau âdijadikan kudusâ oleh suami atau isteri yang percaya, harus dianggap juga sebagai telah diselamatkan. Ini akan bertentangan dengan jalan keselamatan yang dinyatakan dalam Kitab Suci. Suatu kata bisa dianggap mempunyai lebih dari satu arti dalam Kitab Suci, misalnya âdiselamatkanâ dalam 1 Timotius 2:15, 1 Petrus 3:21 dan Markus 16:16. Begitu juga dengan kata âkudusâ.
Mereka yang menggunakan perikop-perikop sedemikian untuk membenarkan baptisan bayi adalah mencengkeram jerami. Mengapa tidak tunduk pada ajaran yang jelas dari Kitab Suci saja?
III. Cara Baptisan
1. Cara membaptis yang benar adalah dengan membenamkan seluruh tubuh di dalam air, dalam nama Trinitas Kudus. Ini didasarkan pada fakta-fakta bahwa:
(i) kata baptizo dalam bahasa Yunani sesungguhnya berarti âmembenamkan, merendamkan atau mencelupkanâ, bukan memercikkan ( rhantizo );
(ii) semua contoh baptisan aktual dalam Alkitab mendukung pembenaman, bukan pemercikan, orang percaya (Mat. 3:16; Mrk. 1:9,10; Yoh. 3:23; Kis. 8:38, 39). Bahkan baptisan figuratif membawakan ide dibenamkan secara total, yang dengan demikian mendukung pembenaman (Mark 10:38-39; 1 Kor. 10:1-2; dll.). Jika kita percaya pada pengilhaman verbal Alkitab, kita haruslah menerima signifikansi dari âturun ke dalam airâ dan âkeluar dari airâ, dalam perikop seperti Kisah Para Rasul 8:38-39.
(iii) pembenaman itu sendiri menggambarkan dengan tepat kesatuan kita dengan Kristus dalam pemakaman dan kebangkitan-Nya, dan pencucian bersih dari dosa-dosa kita (mis. Roma 6:3-4; Kol. 2:12; Kis. 22:16).
2. Di masa lalu, kalangan paedobaptist membantah secara pragmatis (masih ada yang demikian) menentang pembenaman sebagai satu-satunya cara, dengan mengklaim bahwa:
(i) Ketiga ribu orang yang bertobat pada hari Pentakosta tidak mungkin bisa dibenamkan karena pastilah akan memakan sangat banyak waktu. Itu bukan alasan yang sah sebab, di dalam prakteknya, pembenaman hanya memakan waktu beberapa detik dalam pelaksanaannya. Selain itu, kepada kita tidak diceritakan bahwa hanya Petrus sendiri yang membaptis. Dengan segala kemungkinan, semua rasul melakukan pembaptisan, mungkin dengan bantuan orang lain (band. Yoh. 4:1-2).
(ii) Tidak ada tempat yang cocok untuk membenamkan. Tetapi sekarang diketahui bahwa terdapat begitu banyak kolam besar di daerah bait suci, dan banyak tempat pemandian Romawi tersebar di seluruh Yerusalem. Juga perlu diperhatikan fakta bahwa arkeologi telah menemukan banyak perlengkapan baptisan mula-mula yang besar, yang mengindikasikan pembenaman sebagai cara yang dipraktekkan oleh gereja purba.
3. Bagaimana dengan perikop-perikop yang tampaknya mengindikasikan bahwa baptisan adalah dengan suatu cara lain?
(i) Diajukan bahwa pembasuhan agamawi orang Yahudi dalam Mark. 7:3-4 dideskripsikan sebagai baptisan, di mana pembenaman tidak ada terlibat. Telah kami perhatikan sebelumnya bahwa kata Yunani yang digunakan di sini adalah baptismos (pembasuhan agamawi) dan bukan baptisma (ketetapan itu). Bahkan dalam pembasuhan agamawi ini, pembenaman total merupakan cara, dan bukan pencurahan.
(ii) Juga diajukan bahwa baptisan bisa mencakup cara lain seperti pencurahan karena baptisan Roh, yang ditandai oleh baptisan air, dideskripsikan sebagai âpencurahanâ (Kis. 2:17, 33, 38 band. 1 Kor. 12:13). Akan tetapi, ini merupakan alasan yang tidak sah. Kata âpencurahanâ dan âbaptisanâ dalam perikop ini digunakan secara figuratif, dan keduanya merupakan dua kata yang berbeda. Arti dari satu kata tidak boleh ditentukan dari kegunaan figuratifnya, terlebih lagi dari kata paralel yang juga digunakan secara figuratif. Sebagai contoh misalnya, dalam Yohanes 11:11-13, kata âtidurâ digunakan secara figuratif untuk menyatakan mati. Kita jangan menyimpulkan dari sini bahwa âtidurâ secara harfiah berarti mati!
4. Berkenaan dengan elemen dengan mana baptisan dilaksanakan, air adalah air: apakah itu diam, mengalir, berlumpur atau asin. Hal utama adalah bahwa arti dan tujuan baptisan tidak dilanggar.
IV. Pentingnya Baptisan
1. Baptisan tidak penting untuk keselamatan. Namun demikian baptisan penting bagi orang Kristen dan jemaat karena pertimbangan-pertimbangan berikut:
(i) Baptisan jelas merupakan soal kewajiban karena diajarkan dalam perikop-perikop seperti Matius 28:18-20 dan Kisah Para Rasul 2:38. Karena itu kita diwajibkan menentukan praktek alkitabiah, dan mengikutinya. Akhir kata, hanya ada âsatu Tuhan, satu iman, satu baptisan â (Efesus 4:5).
(ii) Kemuridan, dan ketuhanan Kristus atas kita, menuntut agar kita menanggapi baptisan dengan serius. Sambil kita bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan tentang Tuhan kita Yesus Kristus, kita harus bertumbuh dalam kepatuhan terhadap ajaran-ajaran-Nya, sampai ke hal-hal yang dianggap tidak penting oleh orang lain (band. 1 Samuel 15:22).
(iii) Doktrin jemaat lokal menuntut agar kita menanggapi baptisan dengan serius. Jemaat lokal adalah sentral dan unik dalam tujuan Allah. Masing-masing jemaat lokal ditetapkan bertanggungjawab langsung kepada Tuhan atas kemurniannya â dalam doktrin dan praktek (Wah. 1-3). Jemaat yang kelihatan terdiri dari orang-orang percaya yang dibaptis yang dengan sukarela berjanji bersama-sama untuk mematuhi ketetapan-ketetapan injil.
2. Dalam menghadapi ajaran yang jelas dari Kitab Suci tentang baptisan, bagi orang-orang percaya itu bukanlah âtidak di sini atau di sanaâ. Kita harus bertanya, Ada berapa banyak cara baptisan? Ada berapa banyak subjek baptisan? Ada berapa banyak jalan keselamatan? Seseorang yang telah diperciki sebelumnya bukanlah âdibaptis kembaliâ ketika ia menjalani perendaman, tetapi dibaptis untuk pertama kalinya.
<span style="fo